Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Menjelang dini hari

Dahulu waktu mengendap diamdiam dan muncul membawa uluran tangan dari perjanjian yang tak terduga: pertemanan capung dan kupu-kupu mengisi malam-malam senyap. Waktu-artian aku dan kamu- melahirkan anak serupa kata-kata yang saling bercakap dengan malam yang berlari menuju ketiadaan. Malam ini, hujan menjadi begitu sabar membuahi bumi, sedang dis ana ada dinding tak kasat mata yang dibangun: menggoda bahwa ada bau laut, ikan menggelepar di belai angin, dan doa ulat yang mengiris hati ingin menjelma kupu-kupu di sampingmu. Sebab sesuatu yang berasal dari titik-titik, membuat segala menjadi tak terduga bagiku. Bagimu sesuatu (serupa siulan dan nyanyian ombak) menghantam membikin merinding ketakutan merapatkan selimut, "aku sendiri" katamu mencoba menebas bayangan yang kau ciptakan sendiri. Demi percakapan tengah malam yang. menawarkan pertemanan aneh dengan barang-barang aneh dan suasana yang mendadak saja berubah aneh. Membuatku candu. Aku.

Berawal dari Setapak Keyakinan

Berawal dari Setapak Keyakinan* Judul Buku   : Yasmin Penulis.         : Diyana Millah Islami Penerbit         : Bunyan (PT Bentang Pustaka) Tahun Terbit : pertama, 2014 ISBN.             : 978-602-291-013-8 Diyana Millah Islami adalah penulis asal Situbondo yang merupakan pemenang pertama dalam lomba menulis 1000 wajah muslimah yang didakan bentang pustaka. Novel yang berhasil menarik perhatian para juri itu berjudul Yasmin. Dalam novel Yasmin ini berkisah tentang seorang gadis kecil bernama Yasmin di daerah pinggiran kota Jember yang sangat ingin merasakan menjadi seorang santri, tapi keinginan kuatnya tersebut harus juga berhadapan dengan keteguhan hati emak untuk tidak mengizinkan putrinya dengan alasan tak adanya yang menjaga sang keponakan yang ditinggal mati ibunya dan tak ada yang membantu sang ibu dalam keperluan mengurus keperluan rumah tangga karena ibunya harus menggantikan sang ayah menghidupi keluarganya setelah 1 tahun lebih sakit. Akhirnya, Yasmin memilih p

kau

Dokumentasi pribadi. Mari berjabat tangan Sambi bercerita tentang suatu masa yang entah kapan Waktu terlalu cepat beranjak sedang aku kamu tak bisa terbangun dari kepungan rasa Muasal sebuah kisah yang tak benar Entahlah Tapi mari berjabat sambi merampungkan sebuah masa yang tak benar purna Suatu saat mungkin bertemu dengan selarik senyum mungkin di suatu kota tua atau di entah Ah, lebih mudah mencipta sajak, bukan Karena sajak tak butuh rasa cinta, kataku dulu Katamu, sajak adalah anak dari kita yang mengular mencari tepi Kawan, sajak terlalu manis untuk mengikuti alur kita Tapi sungguh Mari berjabat lalu melepas apa terkungkung lama Biarkan menjadi purna Biarkan... .

Istri dan Suami yang Mencari Inspirasi

Dokumentasi pribadi Istri dan Suami yang Mencari Inspirasi Alkisah, dahulu di waktu yang telah berlalu tapi tak terlalu lama untuk benar-benar melenyapkan sebuah cerita. Ada sepasang suami istri bahagia yang hidup di sebuah kota. Si  perempuan adalah istri setia yang sangat baik, sedangkan si suami adalah seorang penulis cerita kondang nan tampan. Mereka hidup bahagia, penuh tawa, penuh rasa cinta. Sang suami sebagai seorang ahli cerita selalu mempersembahkan cerita yang sungguh indahpada sang istri. Cerita dengan akhir happy ending yang sangat menyentuh, tentang perjuangan berbalas kemenangan atau apalah, di setiap cerita katanya ada pesan cinta untuk istrinya. Kehidupan yang bahagia. Tapi suatu hari kesuraman tandang perlahan ke rumah mereka. Tentu saja tak tiba-tiba langsung suram, tapi sedikit-sedikit, membuat waktu enggan berputar, membuat gerah alur yang seharusnya segera diakhiri titik. Tapi sayang, suami nan pandai tak dapat berbuat apa-apa karena jalan cerita tak l

pekat kopi

Kau berjalan terlalu jauh, padahal disini gulita Ada kerikil yang kau rasakan perlahan mengelitik kakimu Dokumentasi pribadi. Ada lumpur yang basah singgah disana Bermain dengan jemari Tetap saja kau meraba masa lalu Disana ada kita menjelma kopi Hitam-pekat-sedikit manis. Ada satu yang mengendap di cangkir itu; hatiku hatimu. Mari menyeruput sedikit. Ada lelah disana, searoma napas kita yang terengah bersama menyisakan ruap yang membuat semakin nikmat Kopi adalah kita ketika zaman tak lagi usang Menikmati rasa bersama, ada puisi yang tiba tiba saja tercipta di tembok itu Puisi tentang kisah kita yang tak semanis kisah rangga dan cinta Ah, kawan kopi kita tinggal sedikit, lalu habis Ada yang enggan pergi dari masa itu; ingatan Ada yang tersisa di cangkir kopi ; pekat hatiku hatimu.

pengalaman Memulai Usaha Kayak Jatuh Cinta

Dulu, sekitar dua tahun yang lalu saya sempat mengikuti pembekalan. Pembekalan tersebut tujuannya agar kami tergugah nantinya untuk memulai usaha, berbisnis kreatif, dan nantinya menghasilkan uang sendiri. Jujur pada saat itu saya menganggap menjadi seorang "pebisnis" tak masuk dalam keinginan saya, mau bagaiamana lagi saya berpikir kuliah saja pasti sudah sangat melelahkan apalagi harus memulai satu usaha?.  Tapi bagaimana  saya sekarang? Tak terasa sekarang saya sudah memiliki usaha hampir sama lamanya dengan usia studi saya di perguruan tinggi, 2 semester!. Lho kok?. Aneh memang. Tapi mau bagaimana lagi, saat keengganan berubah menjadi keharusan. Saya berpikir di usia saya yang hampir 20 tahun uang jajan dan ongkos ngampus masih harus minta ke orang tua. Haduh saya malu!. Akhirnya saya memberanikan untuk memulai usaha saya dengan membuat jajanan tradisional dan saya jual di kos teman teman saya. Hasilnya sih lumayan, yang penting tidak rugi, pikir saya waktu itu. Tapi s

Sesederhana racikan kopi

Siapa yang tidak mengenal kopi? Sedemikian terkenal nya hingga kopi mungkin adalah salah satu hal yang dikenal hampir seluruh masyarakat dunia pun di Indonesia. Ada macam kebiasaan minum kopi yang mengakar kuat di dalam masyarakat kita. Mari bertamasya ke pulau garam Madura. Disana kita akan disuguhkan satu keseharian unik nan sederhana dimana dimana kopi telah menjadi satu diantara hal yang harus ada untuk disuguhkan. ketika ada tamu, biasanya para tamu tak akan diberi sebuah penawaran tentang apa yang akan diminum, semua dipukul rata dengan penyuguhan kopi untuk semua tamu tanpa bertanya apakah tamu tersebut suka kopi atau tidak. Saya kira ini bukanlah bentuk ketidaksopanan, akan tetapi ada satu kebiasaan yang mengakar, kopi adalah satu simbol untuk menghormati tamu dalam pandangan mereka dalam artian tamu itu ya harus disuguhkan kopi baik dia suka ataupun tidak. Kopi yang disuguhkan pun sederhana sesederhana penyambutan orang desa yang akan selalu tampil apa adanya tanpa sebuah to

pengajar sesuai kriteria

Pengalaman kuliah pagi ini. Ketika kita belajar dalam sebuah instansi pendidikan tentu seorang guru, ustad, dosen, atau istilah-istilah lainnya itu menjadi satu dari sekian unsur yang cukup penting dalam proses kita menggali pengetahuan. Lalu kita mempunyai kriteria pengajar yang disuka, pengajar yang diharapkan untuk suatu saat membagi ilmu kepada kita. Kriteria itupun beragam terkadang lebih kepada sudut pandangnya pemikirannya, cara menyampaikannya pun rupa si pengajar. Itu pun yang juga saya rasakan. Saya memiliki sebuah kriteria untuk seorang pengajar yang mungkin akan menjadi favorit saya. Satu semester saya beradaptasi dan berproses, sejujurnya dosen "sesuai kriteria" untuk menjadi yang favorit menurut saya itu belum saya temukan. Lalu apakah pengajar-pengajar sebelumnya tersebut tidak baik? Tentu saja tidak begitu. Mereka semua baik dalam hal penyampaian materi, dan juga sarana diskusi. Akan tetapi saya memiliki satu ukuran untuk seorang pengajar menjadi favorit