Langsung ke konten utama

pengajar sesuai kriteria

Pengalaman kuliah pagi ini.

Ketika kita belajar dalam sebuah instansi pendidikan tentu seorang guru, ustad, dosen, atau istilah-istilah lainnya itu menjadi satu dari sekian unsur yang cukup penting dalam proses kita menggali pengetahuan. Lalu kita mempunyai kriteria pengajar yang disuka, pengajar yang diharapkan untuk suatu saat membagi ilmu kepada kita. Kriteria itupun beragam terkadang lebih kepada sudut pandangnya pemikirannya, cara menyampaikannya pun rupa si pengajar. Itu pun yang juga saya rasakan. Saya memiliki sebuah kriteria untuk seorang pengajar yang mungkin akan menjadi favorit saya.
Satu semester saya beradaptasi dan berproses, sejujurnya dosen "sesuai kriteria" untuk menjadi yang favorit menurut saya itu belum saya temukan. Lalu apakah pengajar-pengajar sebelumnya tersebut tidak baik? Tentu saja tidak begitu. Mereka semua baik dalam hal penyampaian materi, dan juga sarana diskusi. Akan tetapi saya memiliki satu ukuran untuk seorang pengajar menjadi favorit saya, dan itu belum tentu sama dengan mahasiswa yang lain.
Dan akhirnya saya "menemukan" dosen sesuai dengan kriteria dosen harapan saya.
Beliau adalah dosen lama yang baru "pulang kembali" ke Fakultas Hukum setelah beberapa tahun menyelesaikan pendidikan lanjutannya di Inggris sana. Pada saat perkenalan diri sebenarnya biasa saja, memperkenalkan nama pengalaman dan segala yang berhubungan dengan beliau yang dikira perlu untuk disampaikan. 
Karena hari itu masuk pertama kali tentu perkenalan materi juga penting, beliau adalah dosen untuk mata kuliah Hukum Islam. Dan disitulah saya mulai menganga saya kira ketika secara bertahap beliau menyampaikan ide, gagasan dan pengetahuan tentang materi ini, ketika beliau menjawab dan berdiskusi santai dengan kami para peserta didik. Rasanya itu saya ingin berjingkrak jingkrak saking senang saking girang saya. 
Lalu pertanyaannya apakah dosen tersebut good looking? Saya kira beliau biasa saja dalam segi rupa. Karena saya tak begitu menitikberatkan kepada rupa seseorang untuk bisa "suka" padanya akan tetapi lebih dari itu, saya suka sisi keilmuan beliau, cara pandangnya. Beliau mengingatkan saya terhadap beberapa pengajar di pondok saya dulu, di Annuqayah. Dengan hal hal yang membuat saya kagum, segi keilmuan yang tak mungkin diragukan, dan juga sikap sederhananya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kedudukan dan Ketimpangan Wewenang di dalam Sistem Perwakilan di Indonesia

Kedudukan dan Ketimpangan Wewenang di dalam Sistem Perwakilan di Indonesia Oleh: Jamilatur Rohma* Pada kisaran tahun 1998, Dewan Perwakilan Daerah lahir sebagai satu dari sekian banyak tuntutan untuk membuat sebuah lembaga tidak lagi bersifat sentralistik. Tuntutan ini akhirnya terpenuhi dan tertuang di dalam pasal 2 ayat (1) UUD Tahun 1945 yang berbunyi: “Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Dengan adanya isi dari pasal tersebut Indonesia secara langsung mengidentifikasikan diri untuk menganut sistem perwakilan dua kamar atau yang biasa disebut bicameral system. Konsep awal Sistem dua kamar ini pada awalnya diharapkan menjadi penyeimbang antar lembaga lembaga perwakilan yang sebelumnya begitu memusat, dimana DPR RI merupakan representasi dari perwakilann politik rakyat sedangkan DPD merupakan perwakilan Daerah  yang keduanya di

Terpesona "Cincin Merah Di Barat Sonne"

Terpesona "Cincin Merah Di Barat Sonne" 1 Awalnya aku membersihkan deretan rak buku di pojok kiri tempat tidurku. Sekitar satu meter dari pintu yang terbuka.  Membersihkan rak buku di malam hari sebenarnya bukan kebiasaanku.   Apalagi mengingat aku adalah orang yang cukup malas untuk meneliti dan menjaga buku bebas dari debu setiap hari,  Biasanya cukup membersihkannya 3 hari sekali selebihnya aku hanya menata agar buku-buku itu tidak terlihat berantakan. Aku membersihkan deretan panjang kumpulan kertas yang berisi ribuan kata itu sebagai penghilang jenuh setelah sekian waktu berkutat kepada materi kuliah yang besok akan diujikan,  Pekerjaan yang membosankan. Lalu setelahnya,  Mataku menemukan satu buku,  Sampul dominan biru laut monoton dengan judul yang cukup menarik, "Cincin Merah Di Barat Sonne, Andi Arsana, " bisikku sambi memiringkan kepala ke kanan untuk membaca judul lebih jelas. Aku ingat buku ini belum pernah aku baca,  Tidak semua buku yang kupunyai t

Tentang

Di kedalaman matamu, ada sewujud sungai. Tersembunyi di antara ribuan sinar. Sungai yang beriak pelan mengalur sepanjang pandang. Ada wujud yang disembunyikannya di tengah malam. Diantara ribuan lelap dan mimpi, Tentang sepi yang menyakitkan, tentang hal mudah yang tak terkatakan. Sungai itu begitu dalam, begitu kelam.